Laman

Minggu, 08 April 2012


Mungkin kau tak akan pernah membaca apa yang aku tulis ini, dan kau juga tak akan pernah tahu apa yang aku rasakan sekarang.
Karena memang kau tak ingin tahu lagi siapa aku, dimana aku, dan bagaimana aku.
Karena memang tak ada lagi aku di dalam pikiran dan hatimu, tak ada lagi cintamu untukku dan mungkin tak pernah ada rasa itu untukku.
Namun, tak demikian dengan aku yang akan slalu mengingatmu, mengenangmu, dan memperhatikan kamu dari jauh.
Sampai kapanpun di hatiku akan selalu ada cinta untukmu, di pikiranku akan selalu terngiang namamu dan terbeyang semua angan tentangmu, dan di dalam diriku akan selalu ada dirimu.
Meski kau bukanlah cinta yang pertama bagiku namun kaulah orang pertama yang mampu membuatku takluk, jatuh dan mencinta.
Kaulah orang pertama yang kumiliki dan yang memiliki aku, jiwa dan hatiku.
Kaulah orang pertama yang mampu membuatku merasa berarti.
Kaulah orang pertama yang membuatku mengert indahnya cinta kasih yang tulus.
Kaulah satu-satunya orang yang pernah memelukku dengan cinta kasihmu.
Kaulah satu-satunya orang yang telah memberikan kecupan manis di bibirku.
Sampai saat ini masih kurasakan sentuhan lembut jari jemarimu.
Masih selalu kuingat setiap detail saat-saat bersamamu, saat kau tersenyum, saat kau tertawa, saat kau menangis, saat kau marah.
Saat kau mengatakan bahwa kau mencintaiku dan akulah wanita satu-satunya dan yang terakhir yang ada di hatimu semua terasa indah. Kenangan bersamamu takkan pernah lapuk dalam memoriku.
Bersamamu semua perasaan telah aku rasakan, senang, bahagia, sedih, marah, kecewa, cemas, cemburu, takut, dan masih banyak lagi perasaan yang aku sendiri tak dapat mendefinisikannya.
Banyak hal yang telah aku lalui bersamamu dan banyak kenangan yang tercipta meskipun kebersamaan kita terlalu singkat.
Namun, semua begitu dalam terpatri si dalam diriku.
Aku mencintaimu karena titah Tuhanku yang tak bisa ku tolak dan akan selalu aku jalni hingga aku kembali pada-Nya.
Aku bersyukur pernah memilkimu, apa yang aku mau dan apa yang aku cari selama ini semua ada pada dirimu.
Aku mencintaimu bukan karena kelebihanmu kerena hampir tak pernah kau tunjukkan itu di hadapanku.
Kau tak pernah berusaha untuk tampil sempurna bahkan kau lebih sering menampilkan kelemahan, keburukan dan ketidaksempurnaanmu, namun justru itulah yang membuatku cinta.
Kau begitu sederhana dan tampil apa adanya.
Walau kau sering marah dan terkadang kasar namun itulah dirimu yang membuatmu berbeda dari yang lain dan itulah yang membuatku cinta.
Kau membuatku belajar banyak hal.
Sosokmu membuatku belajar bagaimana menjadi dewasa.
Pribadimu membuatku belajar bagaimana menjadi manusia yang tangguh.
Ketegaranmu membuatku belajar bagaimana untuk menjadi tetap kuat dalam keadaan sesulit apapun, jangan pernah berputus asa dan menyerah pada keadaan sesulit apapun.
Semangatmu membuatku tahu apa arti dari kerja keras.
Amarahmu membuatku belajar bagaimana untuk menjadi lebih tenang dan sabar.
Kekecewaanmu membuatku belajar untuk menjadi lebih bijak dan belajar untuk lebih memahami orang.
Kesedihanmu membuatku belajar bagaimana cara untuk lebih peka.
Namun kini aku sadar, aku paham, dan aku mengerti bahwa aku bukanlah orang yang pantas untuk mencintaimu dan mendapatkan cinta darimu karena aku bukanlah orang yang baik, aku terlalu jahat untukmu.
Ada orang yang lebih mencintaimu daripada aku, dan mungkin dialah sosok yang kau cari selama ini.
Dialah orang yang paling bisa mengerti dan memahami dirimu dan dialah orang yang paling tahu bagaimana cara membuatmu bahagia, dialah orang yang pantas untuk mendapatkan cinta tulusmu.
Kini aku mengerti dan aku sadar bahwa semua telah berakhir, tak seharusnya aku ada di sini, aku akan pergi.
Biarlah semua menjadi kenangan yang akan selalu tersimpan dalam hatiku dan biarlah kusimpan cinta ini sendiri.
Aku akan selalu mengingatmu, mengenangmu, dan mencintaimu.
Semoga mas mendapatkan apa yang mas cari yang tidak mas dapatkan dari aku.

"Meski Kau bukan Milikku namun hati ini tetap untukmu
  aku mencintaimu dengan segala klemahanmu dan aku takkan pernah letih tuk mencintaimu"

 

Kan kutempuh segala cara
Tuk sembuhkan rasa kecewa
Ku belajar tuk berhenti mencintaimu
Dan membunuh rasa ini

ajariku cara melupakanku
agar ku tetap kuat tanpa pelukanmu
agar senantiasa kudapat jalani hidup tanpa cintamu
ajari aku rahasiamu

Dulu kukira katamu sungguh
Kan kita pelihara rasa cinta hingga akhir masa
Ku belajar tuk menjaga dan saling percaya
Namun kini tak berarti

Selasa, 03 April 2012


SURAT CINTA
Kafka,
Saat aku buat tulisan ini artinya kita sudah tidak bersama. Mungkin juga kita memang tdak ditakdirkan bersama. Satu hal yang pasti, saat ini aku sedang sendiri dan sedang memikirkanmu.
Oh iya, sekarang bagaimana kabarmu disana?. Tak pernah tau apa kabarmu sekarang. Kau mungkin sedang bersama seseorang saat ini. Orang yang jauh lebih baik dariku. Atau apakah mungkin kau juga sedang sendiri seperti aku?. Hahaha
Gak munafik hal terakhir itu yang aku inginkan.
Bolehkah aku meminta sesuatu padamu?. Tenang saja, aku tidak memintamu kembali.
 Yaa walaupun sedikit berharap kau melakukannya tanpa kau pinta.
Kau tau apa yang aku inginkan darimu?. Terdengar sangat bodoh dan seperti sangat mudah dilakukan. Namun rasanya pun tak mungkin kau untuk melakukannya. Ini hanya seandainya saja saat kau memang bukan jodohku. Memang konyol tapi aku ingin kau bercerita.
Aku ingin kau bercerita kepada anakmu mengenaiku. Orang yang telah menyakitimu.
Orang yang telah membuatmu menangis. Orang yang selalu membuatmu terluka.

Namun ceritakan juga kepada anakmu.

Bahwa akupun pernah membuatmu tertawa. Bahwa akupun pernah membuatmu bahagia. Orang yang pernah mengisi ruang dihatimu.

Dan satu hal yang paling penting. Katakan bahwa aku orang yang membuatmu banyak belajar. Belajar dari segala kesalahan yang seringkali aku perbuat kepadamu. Dan sedikit yang tersisa dariku.
Katakan dengan bangga  kepada anakmu. Bahwa aku senang pernah bertemu denganmu. Katakan kepada anakmu bahwa aku ini hanya kesalahan yang pernah kau temui. Namun katakan bahwa kesalahan itu adalah paling berarti dalam hidupmu. Karena kesalahanmu telah menjadikanmu seseorang. Seorang ayah yang hebat untuk dirinya serta anak-anaknya. Dan suami terbaik untuk istrinya.

Setelah menulis tulisan ini. Mungkin aku akan tertawa  karena membacanya. Dan aku akan berkata pada diri sendiri “AKU BODOH dan CENGENG”.
Namun sepertinya semuanya yang membaca tulisan ini pun akan berkata begitu kepadaku berkata “ payah banget si lu jadi cwe”.
“jadi cwe kok cengeng banget”.

Jawabanku adalah..
Ya, aku memang bodoh. Bodoh karena melepaskanmu dengan mudah. Cengeng karena terus menangisi kepergianmu disisa hidupku. Namun, aku ini adalah seseorang yang paling berani. Mengungkapkan perasaan yang ada dihati. Bukan menjadi seseorang yang munafik. Menyembunyikan perasaan yang ada lalu mempermainkan perasaan orang lain. Pura-pura tidak terjadi apa-apa.

Sebenarnya aku tak tau. Ini sebuah harapan kepadamu. Atau sebuah perasaan akan takut kehilanganmu.

Yup. Perasaan ini tentu banyak orang lain yang merasakannya kepadamu. Orang yang telah mengisi hidupmu sebelum kedatanganku juga setelah kepergianmu. Atau mungkin kita punya perasaan yang sama?. Namun tentu saja aku tak pernah tau itu untuk siapa kau berikan.

Bolehkah aku memohon kepadamu?
Tolong pastikan aku menyesal karena kehilangan seorang lelaki sepertimu. Dan pastikan bahwa nanti kau selalu bahagia. Karena senyummu, tawamu adalah sedikit obat penyesalanku.
Dengan atau tanpamu. Kau selamanya ada dihati.

Oh iya, tolong kau rahasiakan ini. Tolong baca saja dan ingat baik-baik. Jangan pernah kau katakan mengenai perasaan yang aku tulis. Rahasiakan dari seseorang yang nanti akan menjadi takdirku.

Karena dia akan terluka bila mengetahuinya
Neina Neviana..
(Fitri Daniyati)

Senin, 02 April 2012

teknik seminar



http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png> TEKNIK SEMINAR
PEDOMAN TEKNIK
PENYAJIAN INFORMASI ILMIAH
DALAM SEMINAR/LOKAKARYA/TEMU TUGAS
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
TIM AHLI BPTP - PAATP
1998

Kata Pengantar
Dalam masyarakat ilmiah, penyajian informasi secara verbal, baik berupa
suatu usulan kegiatan ataupun berupa hasil-hasil penelitian, termasuk perakitan
teknologi, dalam Lokakarya, Temu Tugas maupun pertemuan lainnya, dapat
dikatakan telah merupakan suatu kegiatan yang rutin dan terus menerus dilakukan.
Dalam hubungan dengan mandat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Loka
Pengkajian Teknologi Pertanian dan/atau Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian, penyajian informasi menjadi lebih relevan karena penyampaian
informasi hasil-hasil peengkajian dilakukan secara terus menerus kepada para
petani/pengguna.
Penyajian informasi, dengan tujuan “menyampaikan pesan” pada pihak lain
dan sekaligus memperoleh umpan balik untuk tujuan penyempurnaan, memerlukan
suatu upaya tersendiri agar tujuan tercapai secara efektif. Tak dapat disangkal bahwa
banyak penyajian verbal yang sangat tidak efektif atau bahkan membosankan karena
penyaji tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup dalam teknik penyajian
informasi.
Petunjuk teknik penyajian informasi ilmiah secara verbal ini dimaksudkan
untuk memberi bekal bagi penyaji dalam mempersiapkan penyajian informasi ilmiah,
sehingga tujuan yang diharapkan untuk menyampaikan “pesan” yang ingin
disampaikan dapat diterima dengan efektif oleh pendengarnya.
Jakarta, September 1998
Tim Ahli Badan Litbang BPTP – PAATP
Koordintor
Drh. M. Rangkuti, MSc
NIP. 080019139

Daftar Isi
Kata Pengantar........ii
Daftar Isi .......... iii
Pendahuluan........1
Seminar/Lokakarya/Temu Tugas.....2
a. Seminar yang Tidak Efektif. ......2
b. Seminar yang Efektif ........4
c. Penyaji yang Efektif............4
Menyiapkan Seminar ...................6
Tips Dalam Penyajian Seminar...........8
Materi Seminar ......................8
Alat Bantu Peraga [Visual Aids].......9
Penyaji dan Peserta ..............10
Merencanakan Pembuatan Alat Bantu Peraga .........11
Mempersiapkan Alat Bantu Peraga :......12
Slide dan Transparansi................12
Slide untuk Kalimat/Pernyataan.........13
Slide untuk Tabel .....................14
Slide untuk Grafik dan Diagram. ............15
Slide untuk Gambar dan Gambar-Abstrak ..15

PETUNJUK TEKNIK PENYAJIAN INFORMASI ILMIAH
DALAM SEMINAR/LOKAKARYA/TEMU TUGAS

Pendahuluan
Penyajian informasi, pada umumnya, dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
tulisan [publikasi] dan secara lisan. Cara atau teknik penulisan ilmiah, baik untuk
laporan ataupun untuk publikasi dalam suatu penerbitan dibahas dalam “PETUNJUK
PENULISAN LAPORAN DAN/ATAU PUBLIKASI ILMIAH”, sedangkan teknik
penyajian dalam mengkomunikasikan informasi tersebut secara lisan, misalnya dalam
suatu Seminar, Lokakarya, Temu Tugas atau pertemuan-pertemuan formal lainnya
dituangkan dalam “PETUNJUK TEKNIK PENYAJIAN INFORMASI ILMIAH
DALAM SEMINAR/LOKAKARYA/TEMU TUGAS” ini.
Seminar, Lokakarya, Temu Tugas atau pertemuan formal lainnya [selanjutnya
disebut Seminar], terutama yang bersifat ilmiah, merupakan wahana pertukaran ide,
ilmu atau informasi yang diharapkan bermanfaat bagi penyaji maupun pendengarnya,
dan merupakan komunikasi dua arah/timbal balik. Manfaat ini hanya akan terjadi
apabila (i) materi yang disajikan menarik dan memang layak diinformasikan dan/atau
memerlukan input balik untuk penyempurnaan bagi kegiatan berikutnya dan (ii)
pendengar menyimak dan mengerti materi yang disajikan. Hal yang terakhir ini sangat
dipengaruhi oleh (i) ketajaman ilmiah penyaji dan (ii) teknik penyajian itu sendiri.
Atau dengan kata lain, penyajian ilmiah, supaya efektif, sangat dipengaruhi oleh
kemampuan individu penyaji itu sendiri. Perlu kiranya diperhatikan dengan serius,
terutama oleh penyaji, bahwa peserta yang datang kedalam suatu Seminar, telah
menyediakan waktu, membayar biaya dan menginginkan informasi yang bermanfaat
bagi dirinya, ditambah dengan capai-lelah panitia pelaksana, layaklah kiranya
informasi yang akan disajikan bermanfaat dan disajikan secara komunikatif.
Tujuan Petunjuk Teknik Penyajian Informasi ini adalah untuk mempersiapkan
penyaji agar PESAN yang terdapat dalam materi penyajian dapat tersampaikan secara
efektif kepada pendengarnya, sehingga dapat diharapkan terjadi “feedback” bagi
penyaji. Pericles, seorang Jenderal Athena, yang hidup dalam abad emas Yunani
mengatakan bahwa ..”seseorang yang dapat berpikir, namun tidak mampu
mengekspresikan buah pikirannya, sama tingkatnya dengan orang yang tidak dapat
berpikir.”. Meskipun dapat diperdebatkan, namun pernyataan tersebut menunjukkan
pentingnya “kemampuan mengekspresikan buah pikiran” yang berupa informasi bagi
orang lain.

Kemampuan mengkomunikasikan informasi agar dapat diterima pendengarnya
merupakan hal yang sangat penting untuk meyakinkan pendengar, dan dalam hal
fungsi BPTP/LPTP/IPPTP, sangat berguna dalam proses penyuluhan dan kegiatankegiatan
promosi teknologi atau kegiatan-kegiatan partisipatif.
Namun demikian, tidak jarang yang terjadi adalah kebalikannya, pesan yang
ingin disampaikan tidak tersampaikan, karena kurangnya kemampuan
mengkespresikan informasi. Termasuk kedalamnya adalah kurangnya mempersiapkan
diri untuk menghadapi Seminar atau pertemuan formal lainnya.

Seminar/Lokakarya/Temu Tugas
Seminar atau pertemuan formal lainnya merupakan wahana pertukaran ide dan
informasi dalam bidang tertentu, yang dilakukan oleh akademisi atau profesional,
dimana berbagai ide ditanam dan dipupuk, sedangkan yang lainnya dan dianggap
tidak bermanfaat dipangkas atau dibuang. Berdasarkan efektifitasnya, Seminar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu Seminar yang tak efektif dan Seminar
yang efektif. Dalam Seminar yang tak efektif, meskipun pada akhirnya pendengar
memberikan aplaus, dengan tepuk tangan gemuruh, pendengar yang sama mungkin
keluar ruangan sambil bertanya pada diri sendiri, apa yang seyogyanya dilakukan agar
waktu yang baru saja berlalu dapat dimanfaatkan lebih baik lagi. Sebaliknya, Seminar
yang efektif merupakan wahana komunikasi dua arah (timbal balik) dan bermanfaat
bagi penyaji maupun pendengarnya.

a. Seminar yang Tidak Efektif
Bercakap-cakap dengan peserta lain, membaca surat kabar atau artikel lain,
melamun, mengantuk dan bahkan tertidur, telah merupakan peristiwa umum yang
sering terjadi dalam suatu Seminar. Tak jarang bahkan, yang “mempengaruhi”
suasana demikian adalah para peserta/pendengar itu sendiri. Secara keseluruhan,
sering terjadi, bahwa informasi dan/atau peraga yang disampaikan kurang menarik,
dilanjutkan dengan perioda tanya-jawab yang membosankan, dan para peserta yang
telah datang membayar dan mungkin juga untuk memperoleh nilai kredit yang
dibutuhkan, gagal membangun komunikasi yang diharapkan. Seminar demikian tidak
bermanfaat baik bagi peserta seminar maupun penyaji itu sendiri; dan oleh karenanya
lebih merupakan suatu “batu loncatan” daripada sebagai suatu wahana pertukaran
informasi atau latihan ilmiah.
Menurut seorang praktisi, alasan utama terjadinya Seminar yang tak efektif
adalah karena penyaji menganggap ringan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk
menghasilkan Seminar yang efektif, atau dengan kata lain, penyaji kurang mempersiapkan
diri dengan baik. Untuk menjadi penyaji yang efektif, seorang penyaji
harus banyak belajar. Bahkan, upaya-upaya yang lebih luas perlu dilakukan untuk
menentukan pemilihan topik yang diminati, “diaduk” dengan alat peraga ditambah
dengan cara berbicara yang dapat menyebabkan adanya “hubungan-komunikasi”
dengan pendengarnya. Mungkin penyaji menganggap bahwa “ilmu pengetahuan
menumbuhkan rasa hormat”, sehingga secara otomatis pendengar akan menyimak
dengan sungguh-sungguh. Anggapan ini tidak benar, karena ilmu pengetahuan tidak
secara otomatis lebih menarik daripada topik umum lain yang disajikan. Oleh karena
itu, penyaji topik ilmiah juga membutuhkan kemampuan meramu teknik berbicara
dengan penyajian yang baik, termasuk penggunan alat peraga, sebaik pembicara
umum lainnya.
Berbagai faktor lain yang juga turut berperan pada Seminar yang kurang
berhasil adalah (i) sikap penyaji itu sendiri terhadap Seminar, misalnya hanya
menganggap sebagai sarana memperoleh nilai kredit, sehingga tidak memerlukan
persiapan dan latihan yang sungguh-sungguh. Hal ini memprihatinkan, karena
ketrampilan meng-komunikasikan informasi secara verbal berperan sangat penting
dalam menunjang perolehan pekerjaan dan kemajuan karir, (ii) penyaji menilai
dirinya sebagai pemikir yang bebas/mandiri, mempersiapkan Seminar dengan
pendekatan yang dapat dikatakan “monkey see, monkey do”, cukup dengan meniru
apa yang dilakukan oleh penyaji lain, termasuk meniru penyaji lain yang tidak siap,
dan (iii) jumlah latihan/kesempatan yang kurang memadai, misalnya hanya 1 atau 2
kali Seminar, bagaimana mungkin latihan menjadi sempurna?. Tambahan pula, waktu
penyampaian Seminar yang kurang tepat, misalnya siang atau sore hari, saat mana
para peserta lebih menghendaki istirahat daripada menghadiri Seminar.
Sampai dengan tahap ini, diharapkan bahwa calon penyaji telah menyadari
bagaimana menghindari Seminar yang tak menjanjikan. Namun, sebelum
mempertimbangkan berbagai petunjuk yang dapat membantu menyiapkan dan
menyampaikan Seminar yang menarik minat, penyaji pertama-tama harus
mendefinisikan apakah yang disebut Seminar yang efektif/berhasil. Layak untuk
diingat bahwa kegagalan mendefinisikan tujuan yang diharapkan merupakan produk
pola pikir yang kabur/tidak jelas. Pola pikir yang tidak jelas menghasilkan tindakan
yang tidak jelas, dan tindakan yang tidak jelas menyebabkan frustrasi dan kadangkadang
kegagalan.

b. Seminar yang Efektif
Kata seminar berasal dari bahasa Latin seminarium, yang berarti persemaian.
Jadi, dalam definisi operasional mungkin berarti suatu pertemuan akademis atau
profesional dimana berbagai ide ditanam dan dipupuk, sedangkan yang lainnya
dipotong. Definisi yang lebih bebas adalah seminar merupakan pertemuan untuk
pertukaran ide dalam bidang tertentu. Layak dicatat bahwa kata pertukaran berarti
memberi dan menerima secara berbalasan. Dengan kata lain, Seminar harus memberi
manfaat baik bagi penyaji maupun pendengarnya. Namun hal ini hanya akan terjadi
bila peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu, komunikasi akan sangat
bergantung pada topik ilmiah penyaji dan teknik penyajian.

c. Penyaji yang Efektif
Menjadi penyaji yang efektif, bukan hanya masalah berlatih. Penyaji sekali
lagi, harus memiliki tujuan dan mendefinisikan apa yang disebut penyaji yang efektif .
Sekali penyaji mengerti apa yang menjadikan seorang penyaji efektif, maka penyaji
dapat berlatih dengan lebih cerdik dan efektif, dan apabila rajin berlatih, maka penyaji
tersebut dapat menjadi penyaji yang efektif. Definisi-definisi berikut diringkas dari A
Syllabus of Speech Fundamentals dari Mardell Clemens dan Anna Lloyd Neal.
Definisi-definisi ini penting, sehingga mungkin baik bila dapat dihafalkan. Kriteria
berikut ini berlaku bagi semua pembicara umum, tanpa menghiraukan pengalaman
maupun profesi mereka. Penyaji yang efektif adalah seseorang yang :
1) Memiliki karakter, pengetahuan dan pertimbangan yang menimbulkan rasa
hormat.
2). Mengetahui bahwa dia memiliki pesan yang akan disampaikan, mempunyai tujuan
yang jelas dalam menyampaikan pesan, merasa bertanggung-jawab bahwa pesan
dapat tersampaikan dan telah menyelesaikan tujuan tersebut.
3) Menyadari bahwa tujuan utama penyajian tersebut adalah komunikasi ide dan perasaan
untuk memperoleh respon yang diinginkan.
4) Mampu menganalisa dan menyesuaikan dengan setiap situasi penyajian.
5) Mampu memilih topik yang jelas dan layak saji.
6) Mampu membaca dan mendengarkan berbagai perbedaan [tidak membuta menerima
saran ataupun keras kepala selalu menolak pertimbangan yang berlawanan
dengan idenya].
7) Mampu menjaga fakta dan pendapat melalui penyelidikan yang rinci dan
pemikiran yang hati-hati [sehingga penyajiannya, baik dalam forum terbatas
ataupun umum, bernilai bagi pendengarnya].
8) Mampu memilih dan mengatur bahan-bahan sehingga membentuk suatu penggabungan
yang saling terkait.
9) Mampu menggunakan bahasa yang jelas, langsung, layak dan nyata.
10) Mampu membuat penyajiannya vital dan bebas dari unsur-unsur pengganggu.
Kriteria ini mampu membuat penyaji mempertahankan rapport atau
suasana/hubungan komunikatif antara penyaji dengan pendengarnya. Rapport
dapat diartikan sebagai suatu konsep kepercayaan mutualistik atau keakraban
emosional antara penyaji dan pendengarnya dan merupakan dasar komunikasi
dalam konteks kemampuan bicara dimuka umum, sehingga menjadi suatu
keharusan bagi para penyaji untuk memahami konsep ini. Bila penyaji telah dapat
membangun rapport, penyaji dapat merasakan minat dari pendengarnya. Secara
psikologis, hal ini menjadi dorongan semangat bagi penyaji untuk berpenampilan
lebih baik. Sama halnya, pendengar juga dapat merasakan pengetahuan,
kemampuan dan entusiasme penyaji dalam berkomunikasi/menyampaikan
informasi bagi mereka. Sebaliknya, apabila penyaji gagal menciptakan rapport,
atau kehilangan suasana tersebut walaupun telah terciptakan, minat pendengar
berkurang dan suasana membosankan timbul. Bila atmosfir tersebut terbentuk,
penyaji sebaiknya tidak melanjutkan penyajiannya, karena komunikasi telah
terputus. Jadi, singkatnya, penyaji yang efektif adalah penyaji yang mampu
membangun dan mempertahankan rapport atau suasana komunikatif dengan pendengarnya.
Bagaimana melakukan hal ini dalam Seminar?

Menyiapkan Seminar
Pada umumnya, tahap pertama dalam mempersiapkan bahan untuk Seminar adalah
dengan membuat garis-garis besar [Outline] dari topik yang akan disajikan. Disatu
pihak, Outline berguna untuk penataan informasi, namun dilain pihak Outline kurang
menarik dan kurang membangkitkan komunikasi, apalagi bila kurang sistimatis dan
kurang informatif. Hal ini dapat terjadi apabila pemilihan kata untuk Outline tidak
membangkitkan minat peserta Seminar. Alternatif lain adalah dengan
mengembangkan Outline yang bersifat naratif dan komunikatif. Informasi naratif
mudah dikembangkan melalui salah satu penemuan terbesar umat manusia, yaitu
kertas komputer. Yang diperlukan, awalnya mungkin hanya 4 - 5 lembar kertas yang
bersambung. Tahap pertama yang dilakukan adalah menata informasi dalam bentuk
Outline, kemudian mengembangkan liputannya dalam bentuk kerangka konsep naratif
dengan menata seluruh ide secara kronologis dan sistematis. Apabila kerangka ini
telah terbentuk, akan sangat mudah melakukan penyuntingan [editing], penataan [reorganizing]
maupun pengembangannya [development]. Setelah alur ide tersusun,
tahap berikutnya adalah menyisipkan data/fakta/ringkasan informasi yang akan
disampaikan. Apabila konsep naratif telah dikembangkan, maka saatnya untuk
berpikir alat peraga [visual aids] yang akan digunakan untuk menggambarkan
informasi tersebut. Alat peraga yang paling sederhana dan umum digunakan adalah
slide dan OHP transparansi; atau pada era saat ini adalah dengan langsung
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan transformator-proyektor; dengan
programnya antara lain Microsoft Power Point. Namun demikian, dalam memilih alat
bantu peraga yang akan digunakan, selain diperlukan pemahaman mengenai kelebihan
dan kelemahan masing-masing alat peraga tersebut, serta rasional dibalik pembuatan
peraga tersebut. Prinsip ini harus digunakan dalam mengembangkan alat bantu peraga
sesuai dengan kebutuhan narasi yang akan disajikan, yang pada intinya adalah suatu
orkestra yang sinkron antara berbicara dan berperaga. Sampai dengan tahap ini,
penyaji sudah hampir siap untuk memberikan seminar, namun ada dua hal yang
sebaiknya diingat, yang pertama adalah kuotasi dari Pericles, seorang Jendral dan
negarawan Athena yang dibayar untuk menciptakan kata-kata mutiara pada Jaman
keemasan Yunani, yang mengatakan bahwa orang yang dapat berpikir namun tidak
mampu mengekspresikan pikirannya, sama tingkatnya dengan orang yang tidak dapat
berpikir. Dalam bahasa yang lebih sederhana dan relevan dengan kemampuan
menyajikan informasi dalam seminar, dapat dikatakan bahwa penyaji yang tak dapat
mengekspresikan buah pikirannya ada dalam kesulitan besar. Oleh karena itu, ada
baiknya untuk menuliskan terlebih dahulu seluruh informasi yang akan dikatakan
dalam seminar. Hal ini akan memaksa penyaji untuk berpikir kritis mengenai kegiatan
yang dilakukan dan akan disajikan dalam Seminar. Namun demikian, teks tulisan
tersebut bukan untuk dihafal.
Untuk memperoleh hasil terbaik, cara berbicara dalam penyampaian materi
seminar sebaiknya bebas dari keterikatan teks, dalam arti yang dikemukakan bukan
merupakan hasil hafalan yang telah disiapkan atau dilatih sebelumnya. Kelemahan
dalam penyajian ilmiah yang dihafalkan sebelumnya adalah bahwa menghafal dan
berbicara tekstual menyebabkan sulitnya mengembangkan rapport dengan pendengar.
Tambahan pula, apabila penyaji menghafal materi yang akan disajikan, pada suatu
saat dapat terjadi penyaji lupa dengan materi yang akan dikatakan. Hal ini dapat
menyebabkan kegugupan dan kacaunya sistimatika penyajian. Aktor-aktor perfilman
biasanya belajar sedikit verbal yang membuat mereka dapat mengatasi situasi lupa
teks. Namun harus diakui bahwa para penyaji seminar bukanlah aktor, dan oleh
karenanya belum tentu mampu mengatasi situasi semacam ini; akibatnya kemampuan
menguasai suasana seminar mendadak hilang. Perlu senantiasa diingat bahwa penyaji
yang efektif adalah penyaji yang memiliki pengetahuan yang dapat dihargai, dalam
arti bahwa ia menguasai materi seminar meskipun materi tersebut tidak dihafalkan.
Karena kemungkinan penyaji menjadi aktor sama besarnya dengan kemung- kinan
menjadi pembaca berita ditelevisi, lebih baik kemungkinan menjadi ahli membaca
manuskrip itu diserahkan kepada ahlinya. Merupakan kesulitan tersendiri untuk dapat
menjalin kontak mata dengan seluruh peserta seminar, entah karena intensitas cahaya
yang kurang atau sebab-sebab lainnya, yang juga menyulitkan peserta untuk
memandang wajah penyaji. Menatap dan membaca teks secara terus menerus
membuat masalah menjadi lebih kompleks, meskipun mungkin mengasyikkan bagi
penyaji, namun sangat membosankan bagi peserta sidang. Secara ringkas, berbicara
dihadapan peserta seminar sebaiknya dengan pendekatan bebas, tanpa keterikatan
dengan hafalan, atau bahkan membaca materi seminar. Hal ini juga meningkatkan
rasa percaya diri penyaji sebagai pembicara. Rasa percaya diri, seperti juga
penampilan yang meyakinkan, merupakan hasil dari latihan yang terus menerus.
Penyaji harus selalu berlatih dihadapan para peserta yang kritis; tak perlu jumlah
Peserta yang banyak, cukup dari reken-rekan sekerja dan bila mungkin ditambah
dengan satu atau dua orang senior yang dirasakan mampu memberi masukan dan
kritik. Latihan perlu dilakukan pada waktu-waktu awal, sehingga masih cukup waktu
untuk perubahan-perubahan bila diperlukan, termasuk memperbaiki alat bantu peraga
yang digunakan. Latihan diperlukan, juga untuk menghilangkan demam panggung.
Semakin sering berlatih biasanya semakin meningkat rasa percaya diri.
Namun, latihan yang terlalu sering juga dapat menurunkan gairah penyaji dan/atau
menyebabkan kebosanan pada penyaji yang mengakibatkan sulitnya membangun
rapport dengan peserta seminar. Sebagai kesimpulan, setiap orang dapat menjadi
penyaji yang efektif selama mereka menyadari dan memahami arti seminar, memiliki
dan/atau mencoba memiliki karakter-karakter penyaji yang efektif, mampu
memilih/membuat alat bantu peraga yang sesuai dan rajin berlatih.

Tips Dalam Penyajian Seminar
Untuk membantu kelancaran seminar dan penyaji mampu menguasi “suasana
seminar” [“rapport”], perlu diperhatikan beberapa hal pada saat penyaji berbicara
dihadapan peserta seminar, yaitu :
(i) Kontak mata
(ii) Intonasi suara
(iii) Sikap penyaji
(iv) Penggunaan tata bahasa
(v) Penggunaan catatan
(vi) Lama penyajian
(vii) Entusiasme penyaji
(viii) Penampilan umum → membangkitkan rasa hormat

Materi Seminar
Materi seminar umumnya berupa (i) Ulasan [review], yang biasanya diminta untuk
sesi gabungan [plenary session] dan hasil-hasil penelitian primer. Penyusunan materi
Ulasan [Review], setelah Judul, Penulis, Institusi Pelaksana dan Pendahuluan [lihat
kronologi penyusunan materi hasil penelitian primer] pada umumnya, biasanya
bersifat bebas bergantung pada topik bahasan. Untuk materi hasil penelitian primer,
biasanya lebih baku dan tersusun sebagai berikut :

(i) Judul
(ii) Penulis
(iii) Institusi pelaksana
(iv) Pendahuluan
(v) Tujuan dan Hipotesis
(vi) Metodologi
(vii) Hasil dan Pembahasan
(viii) Kesimpulan dan Saran

Alat Bantu Peraga [Visual Aids]
Alat bantu peraga [ABP] memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan
suatu penyajian dan oleh karena itu diperlukan persiapan yang matang serta hati-hati
dalam pembuatan ABP. Alat bantu peraga dapat membantu mencapai hasil yang
diharapkan apabila :- Mampu menjelaskan ide yang terkandung dalam materi
bahasan- Mampu menekankan topik-topik yang ingin disampaikan- Meningkatkan
minat dan perhatian peserta seminar Alat bantu peraga yang tidak memenuhi kriteria
tersebut, mungkin hanya akan membuat peserta seminar mengalihkan perhatiannya
atau bahkan tertidur. Berbagai jenis ABP yang paling umum digunakan adalah slide
dan transparansi, karena dianggap paling murah, ketersediaan bahan mudah didapat,
pembuatannya sederhana dan praktis. Peralatan yang lebih canggih digunakan adalah
komputer dan perlengkapannya, dengan program yang khusus untuk tujuan penyajian,
misalnya MS Power Point. Namun, selain mahal, dan membutuhkan ketrampilan
dalam operasionalnya, tak semua institusi memiliki peralatan ini, sehingga menjadi
tidak praktis. Dalam pembuatan ABP sendiri perlu diperhatikan berbagai hal seperti
(a) besar-kecilnya huruf/angka yang digunakan, (b) tata letak kalimat/kata, (c) tabel
dan (d) grafik, (e) kombinasi warna [jika digunakan], dan juga (f) intensitas cahaya
dalam ruang seminar. Membuat slide dengan latar belakang gelap, huruf kecil dan
berwarna gelap [abu-abu, biru, coklat tua]; atau latar belakang terang dengan
kata/gambar berwarna kuning, coklat muda, hijau muda menyebabkan kata/kalimat
tidak terbaca. Pemilihan warna kontras antara latar belakang dengan informasi yang
akan disampaikan sangat membantu para peserta mampu membaca dengan jelas.
Yang sangat perlu diperhatikan dalam pembuatan ABP adalah agar isi ABP tersebut
dapat terbaca oleh para peserta seminar/pertemuan. Harus selalu diasumsikan bahwa
ABP tersebut disediakan bagi peserta yang duduk paling jauh dari layar proyeksi.
Penyebab kegagalan yang paling sering terjadi dalam penyajian ABP adalah (a)
terlalu banyaknya materi dalam satu ABP dan (b) adanya anggapan bahwa apa yang
bisa dibaca dalam bentuk cetakan [misal buku atau makalah], juga bisa dibaca dalam
bentuk slide/tranparansi. Artinya bahwa satu halaman makalah mudah dibaca, kemudian
ditransfer ke dalam bentuk transparansi [satu halaman penuh], yang akibatnya
peserta tak dapat membaca dengan jelas dan bahkan menjadi segan untuk
membacanya. Sebab jika yang disajikan adalah bentuk sedemikian, lebih mudah
diberikan fotokopi makalah tersebut kepada peserta dan peserta cukup menyimak dari
makalah tersebut.
Penyaji dan Peserta
Dalam seminar atau pertemuan, dapat diperkirakan bahwa penyaji telah memiliki
informasi yang akan disampaikan. Suasana yang ideal adalah apabila terjadi umpan
balik atau jaringan komunikasi yang melibatkan penyaji, informasi yang disampaikan,
dan peserta/pendengarnya. Oleh karena itu, selain beberapa hal yang telah disebut di
atas, dalam mempersiapkan ABP harus senantiasa diingat peserta yang hadir disana,
misalnya :
- Siapa peserta, pendengarnya
- Seberapa jauh mereka mengerti topik yang akan disajikan
- Mengapa mereka hadir/mau mendengarkan topik yang disajikan
- Bagaimana supaya mereka terlibat
- Apakah mereka setuju dengan materi dan kesimpulan yang disajikan, ataukah
penyaji harus lebih meyakinkan pendengarnya
- Sejauh mana peserta/pendengar dapat mengerti isi materi yang disajikan
Bila penyaji dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan tepat dan dapat
menyusun penyajian sebagaimana jawaban tersebut, maka penyaji telah berbuat
cukup banyak bagi peserta untuk menaruh perhatian pada penyajian tersebut.
Sistematika materi yang akan disajikan dapat disusun sebagai berikut. Mulai dengan
menjelaskan tujuan dan luas cakupan materi seminar. Hal ini dapat membantu
mengarahkan perhatian pendengar. Sajikan maksud/pokok utama dalam urutan yang
bertahap dan masuk akal [rasional/logis], kemudian ringkaskan seluruh penyajian
tersebut dalam satu kesimpulan. Kesimpulan harus memperkuat pesan yang
merupakan “oleh-oleh” bagi pendengarnya untuk dibawa pulang. Alat bantu peraga
dapat dipergunakan pada setiap tahapan ini untuk membantu penyaji melengkapi
tugasnya. Namun demikian, jika tidak cukup upaya untuk mempersiapkan setiap
ABP, maka alat peraga yang diharapkan membantu bahkan akan menjadi ABP yang
menghambat.

Merencanakan Pembuatan Alat Bantu Peraga
Setelah mengkaji materi yang akan disajikan, dengan dasar pertimbangan kebutuhan
peserta seminar, maka tahap berikutnya adalah merancang pembuatan ABP. Salah
satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan kartu indeks 10 x 15 cm
[kartu yang biasa digunakan untuk indeks publikasi di perpustakaan]. Kartu-kartu
tersebut kemudian diisi dengan materi yang akan disajikan, termasuk Tabel, Gambar
dan deskripsi informasi. Kartu tersebut dapat dianggap mewakili satu transparansi
atau slide. Evaluasi kartu-kartu tersebut berdasarkan kriteria di bawah ini :
a. Apakah ABP ini penting/esensial? Mampukah ABP ini membantu penyaji
mencapai tujuan penyajian?
b. Apakah terdapat arus informasi yang berangkai antara ABP satu dengan yang
berikutnya?
c. Apakah ABP ini dapat membantu pendengar menerima pesan penyaji?
d. Apakah ABP ini mengarahkan perhatian pada satu ide?
e. Apakah ABP ini masuk akal?
f. Apakah ABP ini bebas dari bahan yang mengalihkan perhatian?
g. Apakah cara ini merupakan cara yang paling efektif untuk menyampaikan
informasi? Misalnya, jika yang disajikan berupa Tabel, apakah tidak lebih jelas
bila disajikan dalam bentuk Gambar?
h. Apakah informasi dalam ABP bila diproyeksikan pada layar dapat terbaca dari
jarak yang paling jauh di ruangan tersebut?
i. Apakah ABP yang digunakan dapat teramu dengan baik dalam sikap berbicara/
verbal penyaji? Apakah keduanya saling memperkuat?
ABP manapun yang tidak memenuhi seluruh kriteria di atas harus dicabut/ diganti.
Perlu senantiasa diasumsikan bahwa penyaji akan menunjukkan ABP-nya bagi peserta
yang duduk di baris paling akhir dalam suatu ruang besar dan sangat terang, karena
tirai-tirainya transparan/tembus cahaya [untuk transparansi], atau dalam suatu ruang
yang besar dan relatif gelap karena lampu-lampu yang dipadamkan saat slide
disajikan. Selanjutnya, mungkin perlu diasumsikan bahwa lebar layar proyektor tidak
lebih dari 2 x 2 meter dan penyaji tidak memiliki akses terhadap cahaya lampu kecil,
untuk membaca catatan kecil, yang biasanya tersedia pada podium penyaji. Apabila
penyaji dapat mempersiapkan materi penyajian, dengan memperhitungkan seluruh
prasyarat dan kondisi seperti ini, maka dapat diharapkan pesan yang ingin
disampaikan dapat diterima secara efektif oleh pendengarnya.

Mempersiapkan Alat Bantu Peraga :
Slide dan Transparansi
Slide dan/atau Transparansi dapat membantu menggambarkan paling tidak empat hal,
yaitu :
a). Pernyataan-pernyataan, untuk memperkuat atau meringkas apa yang akan
dikatakan,
b). Rangkaian gambar, yang menyatakan bagaimana menceritakan suatu rangkaian
informasi,
c). Tabel atau Diagram, yang menyajikan data atau informasi terukur
d). Abstrak atau simbol-simbol untuk mengekspresikan ide atau kreasi
Kesalahan yang paling umum terjadi dalam pembuatan slide atau transparansi adalah
adanya asumsi bahwa “bila substansi cetakan dapat dibaca, maka iapun dapat dibaca
jika dituangkan dalam bentuk slide/transparansi”. Dalam banyak hal, asumsi ini
hampir selalu salah. Sebagai contoh, kita dapat membaca halaman cetak dari suatu
jurnal pada jarak 30 - 35 cm. Slide, dapat diproyeksikan pada layar selebar 2 m dan
dilihat dari jarak sejauh 20 m. Jika satu halaman tulisan dari jurnal diproyeksikan
pada layar dalam kondisi ini, kita seperti sedang membaca jurnal dari jarak 4 m. Oleh
karena itu, hal seperti ini sangat tidak dianjurkan, namun ternyata banyak yang tak
tahan “godaan” untuk menaruh seluruh informasi atau tabel, satu halaman penuh dari
jurnal/publikasi ke dalam satu slide/transparansi. Tak dapat disangkal, karena
kemudahannya, bahwa pola ini makin “populer” dilakukan oleh banyak penyaji
seminar; “memfotokopi” langsung makalah-nya kedalam transparansi, sehingga
peserta seminar diberi “sajian” halaman demi halaman penuh kata dan kalimat. Tak
ada yang menarik dalam penyajian seperti itu atau bahkan menimbulkan pengalihan
perhatian dari layar proyeksi ke hal-hal lainnya. Adalah hal yang kurang biasa terjadi
untuk mencetak huruf-huruf yang sangat besar pada slide. Yang sering terjadi justru
huruf/angka pada slide sering dicetak terlalu kecil. Kondisi yang ideal adalah bila
jarak pandang maksimum dari suatu slide adalah 8 x tinggi gambar yang
diproyeksikan [ingat bahwa kita harus senantiasa mempertimbangkan kondisi di
bawah optimum]. Jika kondisi ini diikuti, maka layar dengan tinggi 1,6 m seyogyanya
tidak dilihat pada jarak lebih dari 10 m. Jika pola ini diikuti, maka penyaji dapat
memperkirakan dengan mudah apakah substansi dalam slidenya bisa dibaca atau
tidak. Untuk pengujian sederhana, tempatkan slide yang telah dibuat, pada jarak 8 x
tinggi slide tersebut; misalkan tinggi jendela slide 2 cm, tempatkan pada jarak 16 cm
dari mata. Jika pada jarak tersebut substansinya terbaca, maka slide tersebut sudah
pasti terbaca pada jarak disebutkan di atas dengan tinggi layar 1,6 m. Pada kartu
indeks 10 x 15 cm, jarak bacanya adalah 60 - 80 cm. Jika pada jarak tersebut
substansinya dapat dibaca dengan jelas, maka isi slide tersebut pasti terbaca pada rasio
jarak yang sama apabila diproyeksikan pada layar. Font/tipe huruf elite dapat terbaca
dengan mudah pada jarak 12 meter bila ditulis 9 baris dengan jarak 2 spasi pada satu
slide. Tipe huruf pica dengan jumlah baris dan jarak spasi sama, dapat dibaca pada
jarak 15 m. Slide dapat dibuat dengan warna hitam-putih atau dengan berbagai
kombinasi warna. Sering, para penyaji menggunakan film slide hitam-putih, karena
murah, mudah dan cepat membuatnya. Ada 3 jenis film hitam-putih yang umum
digunakan, yaitu (i) negative film, (ii) direct reversal film, dan (iii) reversal processes
film. Slide dengan film negatif, sederhana persiapannya dan biasanya hanya sedikit
mengandung, jika ada, hal-hal yang detraktif. Kelemahan dari slide ini adalah sering
meletup bila dipasang pada “bingkai” cardboard. Letupan ini dapat dikurangi dengan
pemanasan awal pada slide dalam proyektor, atau menggunakan proyektor 'autofocus'.
Alternatif lain adalah dengan memasangnya pada bingkai plastik
[polyurethane].

Slide untuk Kalimat/Pernyataan.
Pernyataan atau kalimat dalam slide harus tepat dalam ruang kurang dari 7,5 x 10 cm.
Beberapa ketentuan untuk slide yang berisi pernyataan/kalimat termasuk :
1. Satu baris, hebat; 3 baris, bagus; 5 baris, cukup; 9 baris, maksimum
2. Buat pernyataan pendek dalam setiap baris, tak lebih dari 25 huruf, angka atau
spasi.
3. Usahakan setiap kalimat terletak di tengah, sehingga terlihat seimbang dengan
batas sisi yang cukup lebar
4. Usahakan dalam format horisontal/mendatar, jika memungkinkan
5. Gunakan huruf-huruf kapital/besar, kecuali untuk satuan, misal cm, ml atau
singkatan lainnya. Huruf-huruf kapital tidak mengambil lebih banyak ruang pada
slide, tetapi ukurannya 2 x lebih besar, dan oleh karena itu dapat dibaca dengan
kemungkinan 2 x lebih besar.
6. Huruf-huruf yang digunakan sebaiknya tidak kurang dari 0.6 cm tinggi dan dalam
satu baris tidak lebih panjang dari 16 cm. Usahakan rasio tinggi huruf dengan
panjang kalimat dalam satu baris tidak lebih dari 1 : 30.

Slide untuk Tabel
Ketentuan-ketentuan umum untuk pembuatan tabel dalam slide atau tarnsparansi
serupa dengan ketentuan-ketentuan untuk kalimat/pernyataan. Tabel yang di-tik harus
masuk dalam ruang contoh 7,5 x 10,0 cm [kartu indeks]. Upayakan untuk tidak
melebihi 9 baris [spasi ganda]. Judul yang kompleks dan catatan kaki, tidak perlu
disertakan dalam Tabel, karena penyaji akan menerangkan hal-hal dalam Tabel
tersebut secara verbal/oral. Judul untuk baris atau kolom harus singkat, jelas dan
langsung dapat menjelaskan sendiri yang dimaksud [“self explanatory”]. Angkaangka
yang disajikan sebaiknya tidak melebihi 2 dijit [atau beberapa diantaranya
paling banyak tiga]. Penggunaan desimal sering hanya menggunakan ruang, dan
kurang atau bahkan tak bermanfaat. Data yang disajikan dapat dimanipulasi dengan
perkalian atau pembagian yang layak, misal dengan angka 10 atau 100, untuk
menghilangkan desimal tersebut. Namun ekspresi satuan-satuan konvensional harus
digunakan jika memungkinkan. Dalam banyak contoh penyajian, alat baku [standar
error] atau penyimpangan baku [standard deviasi] juga tak perlu disertakan dalam
Tabel, kecuali memang hendak dijelaskan atau ditekankan, misalnya kurangnya
keragaman atau terlalu besarnya penyimpangan yang berpengaruh terhadap hasil yang
diperoleh. Beda nyata secara statistik, ditunjukkan cukup dengan huruf “superskrip”
atau dengan asterisk * [P<0.05]. Karena ketersediaan ruang cetak dalam tabel terbatas
[7,5 x 10 cm], maka satu Tabel hanya dapat memuat satu ide yang akan dijelaskan.

Mungkin diperlukan untuk mewakilkan suatu rangkaian tabel/gambar yang sejenis
kedalam satu tabel atau satu gambar saja untuk mencakup seluruh data. Pada transparansi,
hal ini dapat diatasi dengan membuat “overlay”. Dalam banyak contoh, hal
ini biasanya tidak diperlukan karena tujuan penyaji adalah untuk menyajikan
“highlight” dari data, bukan membuat peserta “terkesan” dengan banyaknya data.
Kemampuan penyaji untuk menentukan apa yang tidak akan disajikan merupakan hal
yang penting.

Slide untuk Grafik dan Diagram
Upayakan bahwa setiap grafik atau diagram mewakili hanya satu ide; dan buat setiap
grafik/diagram sesederhana mungkin. Perlu senantiasa diingat bahwa grafik/diagram
yang diproyeksikan kedalam slide/transparansi tak dapat dipelajari secara rinci
sebagaimana dalam bentuk makalah. Grafik lingkaran atau balok lebih mudah
diserap/dimengerti daripada grafik garis. Pembandingan-pembandingan berganda
dapat disajikan dalam suatu rangkaian grafik/diagram yang digambar dengan pola
yang sama, daripada memasukkan semua data dalam satu gambar yang komplikatif.
Banyak grafik atau diagram yang tampak baik dan memuaskan dalam makalah cetak
tetapi tampak buruk dalam slide atau transparansi. Grafik atau diagram untuk
penyajian harus dibuat dalam bentuk sangat sederhana. Ordinat dan absis sebaiknya
hanya memuat 4 - 5 titik jarak. Idealnya semua penamaan dibuat mendatar/horisontal.
Empat baris kurva mungkin dapat dibuat dalam satu slide, jika kurva tersebut tak
saling bersilangan atau saling melewati. Jika slide tersebut kompleks, penyajian lebih
dari satu atau dua kurva dalam satu skide dapat menjadi suatu kekacauan.

Slide untuk Gambar dan Gambar-Abstrak
Gambar, gambar-abstrak dan/atau gambar-kartun dapat membangkitkan/menarik
perhatian peserta, karena bentuk dan jenis gambarnya indah, jenaka atau bahkan
dibuat menyeramkan untuk memberi tekanan pada informasi-informasi tertentu.
Namun perlu kehati-hatian dalam pembuatan gambar abstrak atau gambar kartun;
buat dalam selera yang baik dan sesuai, tetapi tidak terlalu berlebihan, apalagi bila
banyak peserta dalam seminar tersebut yang mungkin mudah tersinggung, atau bila
gambar tersebut dibuat hanya untuk menarik perhatian tanpa pesan-pesan tertentu.
Juga perlu diperhatikan, kadang-kadang peserta akan menunggu gambarabstrak/
kartun berikutnya, tetapi tidak menaruh perhatian pada data/informasi yang

disajikan. Hal ini berarti bahwa pesan/informasi yang ingin disampaikan menjadi tak
tersampaikan justru karena kehadiran gambar-abstrak/kartun yang menjadi
“pengganggu”. Oleh karena itu, penyaji harus yakin bahwa gambar-abstrak atau
gambar-kartun benar-benar dapat menyumbang, atau sesuai, untuk penyajian tersebut.
Pada pembuatan suatu rangkaian gambar yang menceritakan bagaimana
merangkaikan suatu cerita, sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu suatu skenario
sebelum melakukan pemotretan slide. Slide, pada umumnya dibuat secara “close-up”
agar huruf/angka yang diinginkan dapat diproyeksikan sebesar mungkin. Gunakan
waktu untuk membuang atau menutupi obyek-obyek di latar belakang yang tidak
diperlukan atau yang dapat “mengganggu” pandangan peserta. Slide yang dibuat
biasanya berwarna, untuk dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan secara jelas
[diwakili oleh warna-warna tertentu]. Pemilihan warna untuk mewakili berbagai data
dan gambar serta kontras dengan warna latar belakang dan pencahayaan sangat perlu
diperhatikan, atau bila tidak, data tersebut bahkan tak terbaca, karena terlalu gelap
atau terlalu terang. Pemilihan jenis film juga harus sesuai. Selain slide, transparansi
yang berwarna juga telah tersedia, dan dengan ketersediaan “scanner” serta printer
warna, hampir apapun yang dapat dilakukan oleh slide dapat dibuat pada transparansi.
Namun harga transparansi warna saat ini sangat mahal, sehingga menjadi tidak praktis
untuk dapat digunakan secara luas. Selain itu, printer warna yang resolusinya rendah
tidak membuat transparansi warna menjadi lebih indah, bahkan membuat hasilnya
tidak menarik untuk disimak
http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif
Reaksi: 


http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png

http://img1.blogblog.com/img/icon18_wrench_allbkg.png

perbedaan Seminar dan Simposium


perbedaan Seminar dan Simposium
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOUNHnUnz0nztvcR8f6t9GT_gz_s1s8hdyvyoRLWUWY7mTPV_gR72KTs1th_tNezn1mEGb85c7Tx-mbhv-CJbW5wnUJPIC2kDB4SXDBCxv8EslgxE43XkQQm_gfyQT0wjQuJgVAJnKAPQn/s200/seminar-ansor-grobogan.jpg
I. SEMINAR
A. Pengertian
Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, walaupun topik yang dibahas adalah masalah sehari-hari. Dalam membahas masalah, tujuannya adalah mencari suatu pemecahan, oleh karena itu suatu seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan resolusi atau rekomendasi.
Pembahasan dalam seminar berpangkal pada makalah atau kertas kerja yang telah disusun sebelumnya oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan pokok-pokok bahasan yang diminta oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok-pokok bahasan yang diminta oleh suatu penitia penyelenggara. Pokok bahasan yang telah ditentukan, akan dibahas secara teoritis dan dibagi menjadi beberapa subpokok bahasan bila masalahnya sangat luas. Pada awal seminar, dapat dibuka dengan suatu pandangan umum oleh orang berwenang (yang ditunjuk panitia) sehingga tujuan seminar terarah. Kemudian hadirin (massa) dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas permasalahan lebih lanjut. Tiap kelompok dapat diserahi tugas membahas suatu sub pokok bahasan untuk dibahas dalam kelompok yang biasanya juga disebut seksi/komisi, di bawah pimpinan seorang ketua komisi (kelompok). Dari hasil-hasil kelompok, disusun suatu perumusan yang merupakan suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh suatu tim perumus yang ditunjuk.
Pembahasan dalam seminar memakan waktu yang lebih lama karena sifatnya yang ilmiah. Apabila para pembicara tidak dapat mengendalikan diri biasanya waktu banyak dipergunakan untuk pembahasan yang kurang penting. Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan kelompok yang menguasai persoalan sehingga penyimpangan dari pokok persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini dapat diatasi bila setiap kali ketua sidang menyimpulkan hasil pembicaraan sehingga apa yang akan dibicarakan selanjutnya sudah terarah.

B. Penggunaan Seminar
Seminar akan efektif bila:
1. Tersedia waktu yang cukup untuk membahas persoalan.
2. Problema sudah dirumuskan dengan jelas.
3. Para peserta dapat diajak berfikir logis.
4. Problema memerlukan pemecahan yang sistematis.
5. Problema akan dipecahkan secara menyeluruh.
6. Pimpmnan sidang cukup terampil dalam mcnggunakan metode ini.
7. Kelompok tidak terlalu besar sehingga memungkinkan setiap peserta mengambil bagian dalam berpendapat.

C. Kelebihan dan kelemahan :
a. Kelebihan :
1. Membangkitkan pemikiran yang logis.
2. Mendorong pada analisa menyeluruh.
3. Prosedurnya dapat diterapkan untuk berbagai jenis problema.
4. Membangkitkan tingkat konsentrasi yang tinggi pada diri peserta.
5. Meningkatkan keterampilan dalam mengenal problema.

b. Kelemahan :
1. Membutuhkan banyak waktu.
2. Memerlukan pimpinan yang terampil.
3. Sulit dipakai bila kelompok terlalu besar.
4. Mengharuskan setiap anggota kelornpok untuk mempelajari terlebih dahulu.
5. Mungkin perlu dilanjutkan pada diskusi yang lain.





https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTDTQr8_-t3jpAVHUidGgNMBukYTcWpK5INzu1N9tXnz0lacTroIsS_wDP8cJwRJNwvLGQMXiVL4U0WWbL3CBdYJZY0e4EK9DkJRaSI5tD6LUUgm-ySbjrVKJh023jCYvlzW-ivFl8Cid3/s200/simposium+penerbangan.jpg
II. SIMPOSIUM
A. Pengertian
Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang pemimpin. Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik yang sama. Dapat juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi atas beberapa aspek, kemudian setiap aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari berbagai sudut pandangan.
Pembicara dalam simposium terdiri dari pembicara (pembahas utama) dan penyanggah (pemrasaran banding), dibawah pimpinan seorang moderator. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat setelah pembahas utama dan penyanggah selesai berbicara. Moderator hanya mengkoordinasikan jalannya pembicaraan dan meneruskan pertanyaan-pertanyaan, sanggahan atau pandangan umum dari peserta. Hasil simposium dapat disebar luaskan, terutama dari pembahas utama dan penyanggah, sedangkan pandangan-pandangan umum yang dianggap perlu saja.

B. Penggunaan Simposium
Simposium dapat digunakan :
1. Untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu topik tertentu.
2. Jika kelompok peserta besar.
3. Kalau kelompok membutuhkan keterampilan yang ringkas.
4. Jika ada pembicara yang memenuhi syarat (ahli dalam bidang yang disoroti).

C. Kelebihan dan Kelemahan :
a. Kelebihan :
1. Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.
2. Dapat mengemukakan informnasi banyak dalam waktu singkat.
3. Pergantian pembicara menambah variasi dan sorotan dari berbagai segi akan menjadi sidang lebih menarik.
4. Dapat direncanakan jauh sebelumnya.

b. Kelemahan :
1. Kurang spontanitas dan kneatifitas karena pembahas maupun penyanggah sudah ditentukan.
2. Kurang interaksi kelompok.
3. Menekankan pokok pembicaraan.
4. Agak terasa formal.
5. Kepribadian pembicara dapat menekankan materi.
6. Sulit mengadakan kontnol waktu.
7. Secara umum membatasi pendapat pembicara.
8. Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan yang tepat.
9. Cenderung dipakai secara berlebihan.





Seminar dan lokakarya ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam membuat artikel hasil penelitian maupun konseptual (nonpenelitian) untuk jurnal ter-akreditasi